UNPI-CIANJUR.AC.ID - Pada sebuah video yang viral di internet, terlihat seekor orangutan sedang mengisap rokok di dalam kandangnya di Kebun Binatang Bandung. Hal ini memicu kemarahan aktivis pembela hak-hak binatang di dunia.
Dalam potongan gambar yang diambil pada Minggu lalu, seorang pengunjung melemparkan rokoknya ke dalam kandang primata.
Tak lama setelah itu, Ozon, orangutan berusia 22 tahun, mengambil rokok tersebut dan menghisapnya. Tingkah laku Ozon itu pun memicu tawa para pengunjung.
Namun, aksi Ozon menghisap rokok ini juga memicu kemarahan banyak orang. Mereka mengecam tingkah laku pengunjung yang melemparkan rokok kepada Ozon.
Sementara itu, Marison Guciano, pendiri Animal Welfare Society, menyalahkan manajemen kebun binatang atas 'lemahnya kontrol' terkait insiden tersebut.
Ini bukan pertama kalinya Kebun Binatang Bandung menjadi sorotan dunia karena skandal hak asasi hewan. Pada 2016, kebun binatang ini ditutup sementara setelah ditemukannya jenazah gajah Sumatra yang penuh memar.
Januari lalu, video beruang 'kelaparan' yang meminta makanan kepada pengunjung juga viral. Membuat aktivis Indonesia yang dipimpin oleh Scorpion Wildlife Trade Monitoring Group meminta penutupan kebun binatang.
Petisi di change.org mengenai penutupan Kebun Binatang Bandung telah berhasil mengumpulkan satu juta tanda tangan.
"Kami sangat menyesal mengenai kejadian tersebut. Padahal di lokasi terpasang jelas tanda larangan bagi pengunjung untuk memberikan makanan dan rokok kepada hewan," kata Sulhan Syafi’i, juru bicara Kebun Binatang Bandung, seperti dilansir nationalgeographic.co.id.
Sulhan mengatakan, pengelola Kebun Binatang Bandung akan memperketat pengawasan ke depannya.
"Pasti setiap langkah perbaikan akan dilakukan kebun binatang, penambahan keeper (penjaga) terus kami lakukan, ada pelatihan-pelatihan, pengawasan di kandang juga diperketat," paparnya, dilansir dari Kompas.com.
Pengelola Kebun Binatang Bandung juga meminta pelaku meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat atas aksinya memberikan rokok kepada orangutan tersebut.
"Kami ingin pelaku meminta maaf. Bukan kepada kita, tapi publik, karena satwa ini juga milik negara," kata Sulhan.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya masih mencari tahu identitas pelaku yang wajahnya sudah beredar di dunia maya.
