UNPI-CIANJUR.AC.ID - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) memprediksi fenomena siang hari tanpa bayangan akan terjadi di sejumlah kota atau pulau sekitar garis khatulistiwa pada bulan Maret, April, September dan Oktober.
LAPAN menjelaskan, hal tersebut terjadi karena Bumi beredar mengitari Matahari pada jarak 150 juta kilometer dengan periode sekitar 365 hari.
Garis edar Bumi berbentuk agak lonjong sehingga Bumi kadang bergerak lebih cepat dan kadang bergerak lebih lambat.
Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto, seperti dilansir CNNIndonesia.com, mengatakan pada 21 Maret dini hari, matahari akan tepat di atas ekuator. Namun, matahari akan berada tepat di atas kepala saat tengah hari. "Saat itu, objek yang berdiri tegak di ekuator akan tampak hampir tak memiliki bayangan."
Dia juga menegaskan ada dampak yang bakal terjadi dalam fenomena itu. Di antaranya, matahari akan lebih terik dibandingkan solstice atau saat matahari berada di titik paling utara dan paling selatan. "Matahari melintas di atas kepala sehingga saat itu matahari akan lebih terik dibandingkan saat solstice."
Rhorom juga menegaskan dampak lainnya adalah tidak adanya perubahan gaya gravitasi bumi atau matahari. Selain itu, ada pula perubahan musim di wilayah Indonesia.
Berikut ini beberapa daerah di Indonesia yang akan merasakan fenomena tanpa bayangan:
1. Sabang
2. Bonjol (Sumatera Barat)
3. Belitung (Bangka Belitung)
4. Pontianak (Kalimantan Barat)
5. Bontang (Kalimantan Timur)
6. Parigi Moutong (Sulawesi Tengah)
7. Pulau Gebe (Maluku Utara)
8. Denpasar (Bali)